Skip to main content

PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER


Oleh: Kholil Misbach, Lc

Peristiwa kekerasan (Bullying) yang menimpa sebagian pelajar dewasa ini baik yang terekspos ke media maupun tidak sungguh sangat memperihatinkan tidak hanya memalukan akan tetapi juga memilukan. Kita sebagai orang tua, guru, ustad, atau siapapun kita yang cinta kesejukan dan kedamaian pasti akan merasa sedih mendengar hal tersebut.

Kekerasan yang biasanya dilakukan pelajar laki-laki sekarang malah menjarah ke pelajar perempuan juga, tidak hanya pelajar yang tawuran, antar kampongpun baik tua maupun muda juga kadang terjadi baku hantam. Hal inilah yang seharusnya menyadarkan kita betapa pentingnya pendidikan keluarga di samping pendidikan formal di lembaga pendidikan.

Kadang orang tua setelah menitipkan anaknya di sekolah ia merasa gugur kewajibannya untuk mendidik anaknya, padahal tidak. Setelah pulang si anak akan berkumpul, tidur, menonton di rumah, sosok yang menjadi pendidik utamanya adalah orang tua.

Kalau orang tua tidak bisa menjadi tauladan bagi anaknya maka si anak akan menjadikan tontonan telivisi sebagai tuntunan. Padahal belum tentu gaya hidup (life style) para artis yang mungkin tidak cocok dengan kehidupan di masyarakat.

Kalau orang tua nyuruh anaknya shalat maka orang tua seharusnya sudah pakai sarung dan peci hendak berangkat shalat, jangan sampai nyuruh shalat sedang ia masih duduk di depan TV, atau nyuruh ngaji sedangkan ia sibuk tiduran dan sebagainya.

(Baca: Hanya Yang Berbenah Tidak akan Kalah)

Adapun tujuan pendidikan anak dalam Islam menurut saya adalah mengenalkan kepada anak akan pencipta-Nya yaitu Allah SWT dan mengetahui tujuan diciptakannya di dunia yaitu beribadah kepada Allah SWT, seorang anak juga harus tahu dirinya sebagai anak, sebagai tetangga, sebagai anggota keluarga, dan sebagai bagian dari masyarakat.

Untuk tujuan pendidikan yang mulia itu tentunya tidak bisa dihandle oleh seorang guru saja tanpa ada pendidikan yang terus menerus tanpa lelah di lingkungan keluarganya.

( Baca Bahaya Dusta)

semoga kita sebagai orang tua selalu siap mendidik anak-anak kita dengan akhlak yang baik dan keteladanan, karena anak-anak kita itulah simpanan deposito kita setelah meninggal, kalau ia baik maka amal kita akan selalu bertambah, selain itu mereka adalah pemegang estafet perjuangan Islam yang kalau tidak disiapkan dengan baik maka perjuangan Islam ini akan kendor. semoga kita jadi anak-anak sholeh dan mempunyai anak-anak yang sholeh. Amin Allahumma Amin

wallahu A'lam


Comments

Popular posts from this blog

APAKAH TELUR NAJIS

Apakah Telur Najis oleh: Kholil Misbach, Lc Ada pertanyaan dari kawan tentang kenajisan telur hal itu dari artikel yang ia baca dalam sebuah postingan blog, dalam postingan tersebut menyatakan bahwa telur adalah najis karena keluar dari dubur ayam sehingga bercampur dengan kotoran ayam yang najis, barang yang kena najis adalah najis pula maka wajib membasuh telur sebelum digunakan. Aku ingin berusaha menjawab pertanyaan tersebut secara fikih dengan menyebutkan dalil-dalil semampunya. Menurut imam Nawawi dalam Kitabnya Al Majmu' Sebagai berikut: ( فرع) البيض من مأكول اللحم طاهر بالاجماع ومن غيره فيه وجهان كمنيه الاصح الطهارة (Cabang) Telur dari binatang yang dimakan dagingnya adalah suci secara ijmak. Adapun telur yang keluar dari binatang yang tidak dimakan dagingnya ada dua pendapat sebagaimana khilaf dalam maninya, yang paling shahih adalah suci. Keterangan: Jadi telur binatang yang halal dimakan seperti ayam, bebek, angsa, burung dsb adalah suci dan tidak najis. Berbeda dengan t

Terjemah kitab Fathul Wahhab karya Abu Zakaria Al Anshori

 Kitab Ath Thaharah (Bersuci) Kitab secara bahasa adalah menggabungkan dan mengumpulkan, secara istilah adalah nama dari  berbagai kumpulan khusus dari ilmu yang terdiri dari beberapa bab dan pasal biasanya. Thaharah secara bahasa adalah النظافة والخلوص من الادناس  Bersih dan terbebas dari kotoran-kotoran. adapun menurut Syariat thaharah adalah رفع حدث او ازالة نجس او ما في معناهما وعلى صورتهما "Mengangkat hadats atau menghilangkan najis atau sesuai makna keduanya atau sesuai gambarannya seperti tayammum dan mandi-mandi sunnah, tajdidul wudlu (memperbarui wudlu) dan basuhan kedua dan ketiga, semuanya termasuk macam-macam bersuci. (Bersambung)

ABU HANIFAH DAN TUKANG ROTI

Suatu saat Abu Hanifah duduk di masjid, karena saking lamanya duduk hingga penjaga masjid yang tidak tahu bahwa ia Abu Hanifah menyuruh beliau keluar.Beliaupun enggan keluar beliau bertanya kenapa masjid harus ditutup? penjaga masjid ini mengatakan: Karena perintah setelah shalat masjid harus ditutup, beliau bertanya lagi: Lalu aku kemana kalau keluar dari masjid? Ya terserah anda kata penjaga masjid, Abu Hanifahpun keluar masjid dan duduk di depan pintu masjid. Melihat Abu Hanifah duduk di depan pintu masjid penjaga masjid itu marah dan mengatakan: Kenapa kau masih di sini, iapun menyuruh beliau pergi dan menyeret beliau di tengah jalan. Lalu lewatlah seorang penjual roti, sang penjual roti ini mengatakan kepada beliau tanpa mengetahui bahwa beliau Abu Hanifah: Anda orang asing, maukah kamu menginap semalam di rumahku? Beliaupun mengangguk. Abu Hanifah sang ulama besar ini seperti kebiasaan jarang tidur malam, di malam itu sang penjual roti lagi mempersiapkan adonan, sambi