Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2009

German politician urges Europe to talk to Hamas

BERLIN, (PIC)-- The German expert in the Middle East affairs and member of the ruling coalition in Germany Dr. Rolf Mützenich has urged the Europeans to put an end to their boycott of the Hamas Movement. In an interview he made with local media outlets, the German official said the Europeans should rethink their "negative" stand regarding talking to Hamas, and whether or not the boycott policy was advantageous or not, adding that the Europeans couldn’t just simply ignore an organization enjoying broad popular support and elected by the Palestinian people to rule them. "There will be no peace between the Israelis and the Palestinians without Hamas", asserted the German figure. Remarks of the German official come amidst growing support among the Europeans to remove Hamas's name from EU list of terrorist organizations, and to organize Hamas as legitimate organization came to power through transparent democratic means. The anti-imperialism camp in the European conti

MENGKAJI ULANG RUU RAHASIA NEGARA

Apa yang salah dengan Rancangan Undang-Undang Rahasia Negara (RUU RN) yang pembahasannya kini tengah digulirkan oleh pemerintah bersama DPR? Barangkali itulah pertanyaan yang muncul ketika membaca pemberitaan media masa di akhir-akhir ini. Sejatinya persoalan mengenai RN di suatu negara memang diatur di dalam sebuah regulasi, baik itu pada tingkatan undang-undang atau hanya eksekutif. The Johannesburg Principles atau prinsip-prinsip yang diadopsi oleh sekelompok ahli hukum internasional, dan hak asasi manusia memberi petunjuk mengenai klausul pembatasan hak atas kebebasan berekspresi dan akses terhadap informasi atas keamanan nasional. Dalam Prinsip 1.1 dari Johannesburg Principle dikatakan, ”Any restriction on expression or information must be prescribed by law...”. Di beberapa negara misalnya Swedia, RN diatur dalam sebuah undang-undang Secrecy Act 1981, Inggris melalui Official Secrecy Act 1989, dan Amerika Serikat melalui The US Executive Order on Classified National Security Infor

MONOTHEISME

Pada suatu hari di abad ke-7, dua orang Madinah bertengkar. Yang satu Muslim dan yang satu lagi Yahudi. Yang pertama mengunggulkan Muhammad SAW ”atas sekalian alam”. Yang kedua meng­unggulkan Musa. Tak sabar, orang Muslim itu menjotos muka Si Yahudi. Orang Yahudi itu pun datang mengadu ke Nabi Muhammad, yang memimpin kehidupan kota itu. Ia ceritakan apa yang terjadi. Maka Rasulullah pun memanggil Si Muslim dan berkata: ”Janganlah kau unggulkan aku atas Musa. Sebab di hari kiamat semua umat jatuh pingsan, dan aku pun jatuh pingsan bersama mereka. Dan akulah yang pertama bangkit dan sadar, tiba-tiba aku lihat Musa sudah berdiri di sisi Singgasana. Aku tidak tahu, apakah ia tadinya juga jatuh pingsan lalu bangkit sadar sebelumku, ataukah dia adalah orang yang dikecualikan Allah”. Riwayat ini dikutip dari Shahih Muslim, Bab Min Fadla’il Musa. Dalam buku Abd. Moqsith Ghazali yang terbit pekan lalu, Argumen Pluralisme Agama, hadis itu dituturkan kembali sebagai salah satu contoh pandangan Is