Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2009

BERMAKMUM DENGAN ORANG YANG BUKAN MADZHABNYA

BERMAKMUM DENGAN ORANG YANG BUKAN MADZHABNYA Oleh Kholil Misbach, Lc Bolehkah seseorang bermakmum dengan orang yang bukan madzhabnya? Seperti seorang Syafii bermakmum dengan orang yang bermadzhab Maliki, atau Hambali ataupun Hanafi dan sebaliknya. Dalam masalah ini para ulama fikih berbeda pendapat. Dalam Madzhab Syafii yang paling ashah –paling kuat- sebagaimana disebutkan dalam kitab Al Majmu' kar ya imam Nawawi bahwa seorang makmum apabila mengetahui bahwa imam meninggalkan hal-hal yang dianggap makmum sebagai syarat sahnya shalat maka tidak sah bagi makmum untuk mengikutinya, jika ia tidak mengetahui atau ragu apakah imam meninggalkan syarat sahnya shalat tersebut maka ia sah bermakmum dengannya. Ada juga ulama madzhab Syafii yang memperbolehkan bermakmum dengan imam madzhab lain walaupun menurut makmum membatalkan shalat. Pendapat ini diusung oleh Muhammad bin Al Qaffal karena menganggap yang dijadikan patokan adalah keyakinan imam bukan keyakinan makmum. Contoh kasus jikalau

Poto dari negeri Ghana

syukur dan sabar

Allah ta'ala berfirman فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ كَلَّا "Adapun manusia, apabila Rabbnya menimpakan ujian kepadanya dengan memuliakan dan mencurahkan nikmat kepadanya maka dia mengatakan, 'Rabbku telah memuliakanku'. Dan apabila Dia mengujinya dengan membatasi rezkinya niscaya dia akan mengatakan, 'Rabbku telah menghinakanku'. Sekali-kali bukan demikian…" (QS. al-Fajr :15-17) Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan أي ليس كل من أكرمته في الدنيا ونعمته فيها فقد أنعمت عليه وإنما كان ذلك ابتلاء مني له واختبارا، ولا كل من قدرت عليه رزقه فجعلته بقدر حاجته من غير فضلة أكون قد أهنته، بل أبتلي عبدي بالنعم كما أبتليه بالمصائب. "Maknanya adalah: Tidaklah setiap orang yang Aku (Allah) berikan kemuliaan di dunia dan Kuberikan kenikmatan dunia kepadanya maka itu berarti Aku benar-benar mengaruniakan n
JANGAN PUTUS ASA kholil Misbach, Lc Sesungguhnya tidak ada yang putus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang Kafir. (Qs.Yusuf 87)   Memang tidak semua keinginan manusia tercapai secara keseluruhan, semakin banyak keinginan semakin besar kemungkinan ia dapat dan semakin besar ia gagal. ayat diatas menunjukkan kepada umat manusia untuk tidak putus asa. Keputus-asaan hanya menyebabkan kesedihan pada si empunya. Bahkan akan dapat membunuh karakter diri sendiri. Lihatlah sikap nabi Ibrahim, walaupun ia sudah tua tetapi tidak putus asa untuk memiliki anak, hingga Allah memberikan karunia tersebut disaat ia tua. begitu juga dengan nabi Zakaria, ia mendambakan anak ketika tua, hingga Allah memberikan rahmat kepadanya dengan mengaruniakannya Yahya. Cobaan tidak harus berupa kesusahan, kemudahan dan kesenanganpun merupakan jenis cobaan, semuanya kembali kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman: "Setiap berjiwa merasakan kematian, dan Kami coba kamu sekalian dengan kesusahan dan kebaika