Skip to main content

BANYAK JALAN MENUJU KEBAIKAN

oleh: Kholil

Manusia itu diciptakan ke dunia bukan untuk sia-sia, bukan karena tujuan, bukan untuk meramaikan dunia seperti makhluk lainnya yang hanya makan, minum, kawin dan sebagainya.
akan tetapi manusia diciptakan ALlah kedunia tiada tujuan lain kecuali hanya untuk beribadah kepada ALlah SWT.

Allah SWT berfirman:

وما خلقت الجن والإنس الا ليعبدون

"Dan Tidaklah Aku Ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.

Dalam ayat ini ada dua point penting yang perlu kami sampaikan yaitu

pertama; tujuan penciptaan adalah untuk beribadah

jadi kalau seorang mukmin itu makan maka hendaklah makannya diniatkan untuk memperkuat ia beribadah kepada ALlah SWT sehingga makannya juga ternilai ibadah.
kalau ia bekerja maka ia niatkan untuk mencari nafkah, menunaikan kewajiban sehingga kerjanya tercatat ibadah, dan kalaupun ia meninggal maka ia meninggal dalam keadaan syahid dan husnul Khatimah.


Kedua; Beribadah hanya kepada Allah Semata

untuk penting sekali ikhlas dalam beribadah, bukan karena pingin dilihat manusia, pingin didengar makhluk, tapi betul-betul agar ibadahnya diterima ALlah SWT.

orang yang tidak ikhlas bagaikan orang memikul pasir, berat bebannya tapi tidak ada nilainya.

hal ini merupakan manifestasi yang selalu kita baca setiap rakaat dalam shalat

إياك نعبد

"Hanya kepada-Mu kami beribadah"

Jangan lupa ibadah itu tidak harus shalat, akan tetapi tersenyumpun ibadah, bahkan amal kita yang tidak haram seperti makan, minum, nikah kalau diniatkan untuk kebajikan maka bernilai ibadah di sisi Allah SWT.

Comments

Popular posts from this blog

APAKAH TELUR NAJIS

Apakah Telur Najis oleh: Kholil Misbach, Lc Ada pertanyaan dari kawan tentang kenajisan telur hal itu dari artikel yang ia baca dalam sebuah postingan blog, dalam postingan tersebut menyatakan bahwa telur adalah najis karena keluar dari dubur ayam sehingga bercampur dengan kotoran ayam yang najis, barang yang kena najis adalah najis pula maka wajib membasuh telur sebelum digunakan. Aku ingin berusaha menjawab pertanyaan tersebut secara fikih dengan menyebutkan dalil-dalil semampunya. Menurut imam Nawawi dalam Kitabnya Al Majmu' Sebagai berikut: ( فرع) البيض من مأكول اللحم طاهر بالاجماع ومن غيره فيه وجهان كمنيه الاصح الطهارة (Cabang) Telur dari binatang yang dimakan dagingnya adalah suci secara ijmak. Adapun telur yang keluar dari binatang yang tidak dimakan dagingnya ada dua pendapat sebagaimana khilaf dalam maninya, yang paling shahih adalah suci. Keterangan: Jadi telur binatang yang halal dimakan seperti ayam, bebek, angsa, burung dsb adalah suci dan tidak najis. Berbeda dengan t

Terjemah kitab Fathul Wahhab karya Abu Zakaria Al Anshori

 Kitab Ath Thaharah (Bersuci) Kitab secara bahasa adalah menggabungkan dan mengumpulkan, secara istilah adalah nama dari  berbagai kumpulan khusus dari ilmu yang terdiri dari beberapa bab dan pasal biasanya. Thaharah secara bahasa adalah النظافة والخلوص من الادناس  Bersih dan terbebas dari kotoran-kotoran. adapun menurut Syariat thaharah adalah رفع حدث او ازالة نجس او ما في معناهما وعلى صورتهما "Mengangkat hadats atau menghilangkan najis atau sesuai makna keduanya atau sesuai gambarannya seperti tayammum dan mandi-mandi sunnah, tajdidul wudlu (memperbarui wudlu) dan basuhan kedua dan ketiga, semuanya termasuk macam-macam bersuci. (Bersambung)

ABU HANIFAH DAN TUKANG ROTI

Suatu saat Abu Hanifah duduk di masjid, karena saking lamanya duduk hingga penjaga masjid yang tidak tahu bahwa ia Abu Hanifah menyuruh beliau keluar.Beliaupun enggan keluar beliau bertanya kenapa masjid harus ditutup? penjaga masjid ini mengatakan: Karena perintah setelah shalat masjid harus ditutup, beliau bertanya lagi: Lalu aku kemana kalau keluar dari masjid? Ya terserah anda kata penjaga masjid, Abu Hanifahpun keluar masjid dan duduk di depan pintu masjid. Melihat Abu Hanifah duduk di depan pintu masjid penjaga masjid itu marah dan mengatakan: Kenapa kau masih di sini, iapun menyuruh beliau pergi dan menyeret beliau di tengah jalan. Lalu lewatlah seorang penjual roti, sang penjual roti ini mengatakan kepada beliau tanpa mengetahui bahwa beliau Abu Hanifah: Anda orang asing, maukah kamu menginap semalam di rumahku? Beliaupun mengangguk. Abu Hanifah sang ulama besar ini seperti kebiasaan jarang tidur malam, di malam itu sang penjual roti lagi mempersiapkan adonan, sambi