Skip to main content

manajemen diri ala nabi saw

Oleh kholil misbach
Memang sosok yang paling lengkap dan kamil untuk dijadikan panutan dan suritauladan yang baik adalah baginda nabi saw.
Seluruh sisi hidup beliau adalah panutan, kedermawanan, keberanian, kesopanan, kerendahan hati, dan sebagainya.
Salah satunya lagi yang bisa kita tiru adalah manajemen diri baginda NAbi saw.
Menurut saya sosok managemen diri yang paling sukses ya baginda nabi, dan sebaliknya keberhasilan dan kesuksesan beliau salah satu faktornya ya karena beliau mampu memanagen diri yang baik.
Coba lihat beliau itu tidak pernah sedikitpun menyia-nyiakan waktunya, semua waktu beliau pasti diisi dengan hal yang bermanfaat sesuai dengan prioritas.
Beliau juga sangat disiplin dalam menjalankan ibadah maupun hidup sehari-hari seperti tidak makan berlebihan, tidur yang tidak berlebiham, bicara hanya yang baik dan sebagainya.
Untuk itulah setelah perang Badar baginda Nabi saw bersabda: kita telah keluar dari jihad kecil menuju jihad yang akbar (jihad yang lebih besar), yaitu jihad melawan diri.
Karena menahan dan menata diri agar baik dan terkendali itu susah, jihad melawan ego itu payah..berat dan butuh komitmen yang kuat.
Jihad melawan hawa nafsu tidak mengenal genjatan senjata apalagi kesepakatan damai. Jihad tersebut akan selalu terus menerus hingga nyawa berpisah dari sang anak manusia.
Agar kita menang dalam jihad akbar ini maka kita perlu melihat tuntunan dan panutan terbaik manusia. Siapakah dia, dia adalah nabi kita Muhammad saw yang kita nanti-nantikan syafaatnya kelak di akhirat.
Selama kita bisa meniru beliau dalam disiplin, mengatur waktu dan komitmen melakukan perintah Allah dan menjauhi larangannya niscaya kita juga akan sukses baik di dunia maupun diakhirat silahkan mencoba.

Comments

Popular posts from this blog

APAKAH TELUR NAJIS

Apakah Telur Najis oleh: Kholil Misbach, Lc Ada pertanyaan dari kawan tentang kenajisan telur hal itu dari artikel yang ia baca dalam sebuah postingan blog, dalam postingan tersebut menyatakan bahwa telur adalah najis karena keluar dari dubur ayam sehingga bercampur dengan kotoran ayam yang najis, barang yang kena najis adalah najis pula maka wajib membasuh telur sebelum digunakan. Aku ingin berusaha menjawab pertanyaan tersebut secara fikih dengan menyebutkan dalil-dalil semampunya. Menurut imam Nawawi dalam Kitabnya Al Majmu' Sebagai berikut: ( فرع) البيض من مأكول اللحم طاهر بالاجماع ومن غيره فيه وجهان كمنيه الاصح الطهارة (Cabang) Telur dari binatang yang dimakan dagingnya adalah suci secara ijmak. Adapun telur yang keluar dari binatang yang tidak dimakan dagingnya ada dua pendapat sebagaimana khilaf dalam maninya, yang paling shahih adalah suci. Keterangan: Jadi telur binatang yang halal dimakan seperti ayam, bebek, angsa, burung dsb adalah suci dan tidak najis. Berbeda dengan t

Terjemah kitab Fathul Wahhab karya Abu Zakaria Al Anshori

 Kitab Ath Thaharah (Bersuci) Kitab secara bahasa adalah menggabungkan dan mengumpulkan, secara istilah adalah nama dari  berbagai kumpulan khusus dari ilmu yang terdiri dari beberapa bab dan pasal biasanya. Thaharah secara bahasa adalah النظافة والخلوص من الادناس  Bersih dan terbebas dari kotoran-kotoran. adapun menurut Syariat thaharah adalah رفع حدث او ازالة نجس او ما في معناهما وعلى صورتهما "Mengangkat hadats atau menghilangkan najis atau sesuai makna keduanya atau sesuai gambarannya seperti tayammum dan mandi-mandi sunnah, tajdidul wudlu (memperbarui wudlu) dan basuhan kedua dan ketiga, semuanya termasuk macam-macam bersuci. (Bersambung)

ABU HANIFAH DAN TUKANG ROTI

Suatu saat Abu Hanifah duduk di masjid, karena saking lamanya duduk hingga penjaga masjid yang tidak tahu bahwa ia Abu Hanifah menyuruh beliau keluar.Beliaupun enggan keluar beliau bertanya kenapa masjid harus ditutup? penjaga masjid ini mengatakan: Karena perintah setelah shalat masjid harus ditutup, beliau bertanya lagi: Lalu aku kemana kalau keluar dari masjid? Ya terserah anda kata penjaga masjid, Abu Hanifahpun keluar masjid dan duduk di depan pintu masjid. Melihat Abu Hanifah duduk di depan pintu masjid penjaga masjid itu marah dan mengatakan: Kenapa kau masih di sini, iapun menyuruh beliau pergi dan menyeret beliau di tengah jalan. Lalu lewatlah seorang penjual roti, sang penjual roti ini mengatakan kepada beliau tanpa mengetahui bahwa beliau Abu Hanifah: Anda orang asing, maukah kamu menginap semalam di rumahku? Beliaupun mengangguk. Abu Hanifah sang ulama besar ini seperti kebiasaan jarang tidur malam, di malam itu sang penjual roti lagi mempersiapkan adonan, sambi