Skip to main content

EFEK IBADAH DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

oleh: Kholil Misbach, Lc


Manusia merupakan makhluk Allah yang mulia daripada makhluk-makhluk lainnya, kemuliaan ini ditandai dengan diberikannya akal pikiran pada manusia sehingga bisa memilih dan memilah apa yang terbaik untuknya.

Setiap pemuliaan menuntut adanya tugas dan beban, Likulli tasyrif taklif kata orang Arab. Beban tugas itu tergantung pada akal ini, karena tidak ada beban dan tugas bagi orang yang tidak berakal, seperti orang gila, anak kecil, orang tidur, orang pingsan dan lain sebagainya.

Adapun tugas manusia di dunia adalah hanya untuk beribadah kepada Allah sebenar-benar ibadah. Secanggih apapun otak manusia, sekuat apapun badan manusia, dan secantik apapun wajah manusia tapi apabila tidak beribadah maka bagi Allah ia tiada harganya. Bersyukurlah kita yang telah mendapatkan hidayah dari Allah sehingga bisa mengenal dan beriman kepada-Nya walaupun banyak sekali kita bermaksiat kepada-Nya.



Ibadah yang Allah tugaskan kepada manusia manfaatnya tidak kembali kepada Allah, Allah Maha Kaya dari makhluk-Nya, akan tetapi manfaatnya akan kembali kepada manusia itu sendiri. Seperti Shalat misalnya mampu menjauhkan dari perbuatan keji dan mungkar. Dengan rajin shalat maka seseorang akan menjadi baik tidak berbuat keji dan mungkar. Shalat juga bisa menenangkan jiwa, baginda Nabi saw kalau sedang galau ataupun capek beliau melakukan shalat. Untuk itulah orang yang menjaga shalat secara teratur, tepat waktu dan khusyuk tidak akan terkena stress dan tekanan jiwa. Bahkan dengan shalat itu Allah akan membukakan jalan kepadanya.

Begitu juga zakat, ia dapat membersihkan hati dari benih-benih kebakhilan dan kedengkian, hubungan orang yang memberi zakat dan orang yang menerimanya semakin erat, permasalahan ekonomipun bisa diatasi jikalau zakat dikelola secara maksimal dan optimal.

Bagitu juga ibadah-ibadah yang lain. Ibadah cabangnya banyak sekali hingga tersenyum di depan orang lainpun sebagai ibadah, malah dalam hadits menggauli sang isteri juga sebagai ibadah.

Bagaimana kalau ada orang rajin ibadah di masjid akan tetapi suka menyakiti orang lain? Orang ini bagaikan orang yang pincang, ibadahnya yang ikhlas akan di catat, akan tetapi cercaan dan caciannya juga dicatat lalu akan ditimbang besok di hari Kiamat. Itu kalau ibadahnya diterima.

Dialah besok di hari Kiamat dinamakan orang pailit, baginda Rasul saw pernah bertanya kepada para Sahabat beliau, Tahukah kalian akan orang pailit, para Sahabat mengatakan orang pailit menurut kami yaitu orang yang tidak punya dinar maupun dirham, baginda Nabi saw menjawab: Orang yang pailit adalah orang yang datang di hari Kiamat membawa segunung amal shalat, zakat dan ibadahnya lalu ia pernah mencaci orang ini, mengambil uang ini dan seterusnya hingga diambilah amalannya ini diberikan kepada orang-orang yang didzaliminya hingga habis amalan itu, lalu kalau masih kurang maka dosa-dosa mereka ditumpukkan kepadanya. Naudzubillah min dzalik.

Baginda Nabi saw juga pernah ditanya perihal seorang perempuan yang puasa di siang harinya dan shalat di malam harinya akan tetapi dia suka menyakiti tetangganya dengan ucapannya. Beliau menjawab: Tidak ada kebaikan baginya dan ia di neraka.

Untuk itulah Hasan Al Bashri pernah datang membawa hadiah kepada orang yang menyakitinya ketika ditanya kenapa hal itu ia lakukan, beliau menjawab: Orang yang menyakitiku telah memberikan pahala kepadaku alangkah baiknya aku balas ia dengan kebaikan.

Yah, Awalilah semua kebaikan dari diri kita lalu sebarkanlah di sekitar kita niscaya akan majulah negara kita dengan sendirinya tanpa harus kita gembar-gemborkan. Wallahu A'lam





Comments

Popular posts from this blog

APAKAH TELUR NAJIS

Apakah Telur Najis oleh: Kholil Misbach, Lc Ada pertanyaan dari kawan tentang kenajisan telur hal itu dari artikel yang ia baca dalam sebuah postingan blog, dalam postingan tersebut menyatakan bahwa telur adalah najis karena keluar dari dubur ayam sehingga bercampur dengan kotoran ayam yang najis, barang yang kena najis adalah najis pula maka wajib membasuh telur sebelum digunakan. Aku ingin berusaha menjawab pertanyaan tersebut secara fikih dengan menyebutkan dalil-dalil semampunya. Menurut imam Nawawi dalam Kitabnya Al Majmu' Sebagai berikut: ( فرع) البيض من مأكول اللحم طاهر بالاجماع ومن غيره فيه وجهان كمنيه الاصح الطهارة (Cabang) Telur dari binatang yang dimakan dagingnya adalah suci secara ijmak. Adapun telur yang keluar dari binatang yang tidak dimakan dagingnya ada dua pendapat sebagaimana khilaf dalam maninya, yang paling shahih adalah suci. Keterangan: Jadi telur binatang yang halal dimakan seperti ayam, bebek, angsa, burung dsb adalah suci dan tidak najis. Berbeda dengan t

Terjemah kitab Fathul Wahhab karya Abu Zakaria Al Anshori

 Kitab Ath Thaharah (Bersuci) Kitab secara bahasa adalah menggabungkan dan mengumpulkan, secara istilah adalah nama dari  berbagai kumpulan khusus dari ilmu yang terdiri dari beberapa bab dan pasal biasanya. Thaharah secara bahasa adalah النظافة والخلوص من الادناس  Bersih dan terbebas dari kotoran-kotoran. adapun menurut Syariat thaharah adalah رفع حدث او ازالة نجس او ما في معناهما وعلى صورتهما "Mengangkat hadats atau menghilangkan najis atau sesuai makna keduanya atau sesuai gambarannya seperti tayammum dan mandi-mandi sunnah, tajdidul wudlu (memperbarui wudlu) dan basuhan kedua dan ketiga, semuanya termasuk macam-macam bersuci. (Bersambung)

ABU HANIFAH DAN TUKANG ROTI

Suatu saat Abu Hanifah duduk di masjid, karena saking lamanya duduk hingga penjaga masjid yang tidak tahu bahwa ia Abu Hanifah menyuruh beliau keluar.Beliaupun enggan keluar beliau bertanya kenapa masjid harus ditutup? penjaga masjid ini mengatakan: Karena perintah setelah shalat masjid harus ditutup, beliau bertanya lagi: Lalu aku kemana kalau keluar dari masjid? Ya terserah anda kata penjaga masjid, Abu Hanifahpun keluar masjid dan duduk di depan pintu masjid. Melihat Abu Hanifah duduk di depan pintu masjid penjaga masjid itu marah dan mengatakan: Kenapa kau masih di sini, iapun menyuruh beliau pergi dan menyeret beliau di tengah jalan. Lalu lewatlah seorang penjual roti, sang penjual roti ini mengatakan kepada beliau tanpa mengetahui bahwa beliau Abu Hanifah: Anda orang asing, maukah kamu menginap semalam di rumahku? Beliaupun mengangguk. Abu Hanifah sang ulama besar ini seperti kebiasaan jarang tidur malam, di malam itu sang penjual roti lagi mempersiapkan adonan, sambi