Skip to main content

BAHAYA DUSTA

Bahaya Dusta
oleh: Kholil Misbach, Lc

Bohong merupakan perkara yang berbahaya dan keburukan yang menjalar. Ia selalu berkembang setiap masa dan di mana saja kecuali orang-orang yang dirahmati Allah saja. Ia bisa merupakan dosa besar dan menjadi penyebab laknat Allah. Allah SWT berfirman: Ketahuilah sesungguhnya laknat Allah bagi orang-orang yang dusta.

Lalu apa sih yang dimaksud dengan dusta? Imam Nawawi mengatakan bahwa Dusta adalah menceritakan sesuatu tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya, baik disengaja maupun tidak. Akan tetapi berdosa bagi orang yang sengaja dusta dan tidak berdosa orang yang tidak sengaja dusta (Al Adzkar hal: 474)



Saya setuju dengan definisi Imam Nawawi di atas, memang dusta adalah menceritakan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang terjadi sebenarnya, seperti mengatakan: Telah terjadi ini dan itu padahal kenyataannya tidak ada apa-apa.

Kini dusta memang sudah menjalar dan tersebar kemana-mana, informasi begitu cepat, internet dan dunia maya, serta berbagai jaringan telivisi sudah bisa ditonton seluruh dunia. Yang saya perhatikan banyak sekali informasi itu jauh dari kebenaran dan banyak sekali informasi itu tidak diketahui kebenarannya. Semua itu karena informasi tidak lagi murni bicara secara objektif akan tetapi bercampur aduk dengan opini, misi dan kepentingan pemilik media.

Dalam keseharian hampir dusta tidak bisa terpisahkan, iklan-iklan yang melebihkan keistemewaan barang lebih dari sebenarnya, bagi pelajar banyak nilai-nilai palsu, para pejabat juga banyak yang sibuk dengan angka-angka palsu, proyek-proyek palsu dan janji-janji palsu.

Al Qur`an sendiri sangat mewanti-wanti untuk terjerumus dalam dusta ini, setidaknya ada 283 ayat yang menerangkan bahaya dusta. Berikut kami sampaikan beberapa bahaya dan ancaman bagi para pelaku dusta.

1. Para pendusta tidak akan mendapatkan hidayah:
Allah SWT berfirman: Sesungguhnya Allah tidak menunjukkan orang yang berlebihan dan sangat berdusta (QS. Ghafir:28).

Ayat ini menunjukkan bahwa Dusta akan menyebabkan pelakunya tidak mendapatkan ataupun dijauhkan dari hidayah Allah, ia akan jauh dari jalan yang lurus karena ia telah memilih jalur yang bengkok yaitu jalan dusta.

2. Ia mendapatkan laknat dari Allah, Allah SWT berfirman: Laknat Allah kepada orang-orang yang dusta. (Ali Imran:61).
Begitulah orang yang dusta akan mendapat laknat dari Allah SWT, laknat adalah dijauhkan dari rahmat Allah, Rahmat inilah yang menjadi dambaan dan idaman setiap orang yang berhati bersih.

3. Dusta menyebabkan pelakunya menuju kejahatan.
Dari Abdullah ibnu Mas'ud ra berkata: Bersabda Rasulullah saw: Menjauhlah kalian dari dusta, Sesungguhnya dusta menunjukkan kepada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan menunjukkan kepada neraka. Seseorang tidak berhenti berdusta dan masih menjalankan dusta hingga tercatat di sisi Allah Kaddzab (Pendusta berat). (HR. Bukhari dan Muslim)

Apa arti fujur (kejahatan) dalam hadits di atas: Fujur menurut Ar Raghib artinya adalah: Pecah, atau melenceng. hal ini menunjukkan bahwa fujur adalah melenceng atau memecah dari agama yang lurus dengan melakukan maksiat.

4. Dusta adalah kunci kemunafikan.
Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash ra Rasulullah saw bersabda: Empat hal apabila ada padanya maka ia telah menjadi munafik murni, jikalau ada satu bagian saja dari mereka, maka ia mempunyai satu bagian kemunafikan hingga ia meninggalkannya. Apabila bicara berdusta, bila melakukan perjanjian ia khianat, apabila berjanji ia mengingkari, dan apabila berselisih ia jahat. (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Nawawi mengatakan: Makna hadits diatas adalah orang-orang yang mempunyai sifat-sifat ini adalah mirip sekali seperti kaum munafik, Karena munafik sejati adalah orang yang menyembunyikan apa yang tidak sesuai dengan dhahirnya.
(Syarh Muslim, jilid 2 hal: 236)

Adapun Ibnu Hajar mengatakan: Penyebutan kata munafik ini agar dihindarkan dan dijauhi sifat-sifat di atas. (Fathul Bari 1/113)

5. Dusta adalah khianat paling besar.

Dari An Nawwas bin Sam'an ra Rasulullah saw bersabda: Khianat besar adalah anda menceritakan kepada saudara kalian sebuah kisah lalu ia membenarkanmu sedangkan anda mendustainya.

(HR. Ahmad dan Ath Thabrani)

6. Dusta menyebabkan keraguan, Sebagaimana hadits Nabi saw: Dan sesungguhnya dusta itu ragu-ragu (HR. At Turmudzi)
7. Tidak diberkahi.
Dari Hakim bin Hizam ra dari Nabi saw bersabda: Dua orang yang berjual beli bagi keduanya khiyar (pilihan) sebelum berpisah, jikalau keduanya jujur dan menjelaskan (barangnya dengan jujur) maka keduanya diberkahi dalam jual-beli mereka, dan apabila keduanya berdusta dan menutupi maka dihilangkanlah barakah jual beli mereka. (Riyadlush Shalihin jilid 4 hal 193)


Itulah bahaya dusta mungkin masih banyak lagi bahayanya baik bagi pelakunya maupun bagi orang lain, cukuplah upah bagi pendusta adalah dianggap dusta walaupun ia jujur. Untuk itu berusahalah untuk tidak berdusta sedikit mungkin.


Comments

Post a Comment

Silahkan Komentar Yg Positif

Popular posts from this blog

APAKAH TELUR NAJIS

Apakah Telur Najis oleh: Kholil Misbach, Lc Ada pertanyaan dari kawan tentang kenajisan telur hal itu dari artikel yang ia baca dalam sebuah postingan blog, dalam postingan tersebut menyatakan bahwa telur adalah najis karena keluar dari dubur ayam sehingga bercampur dengan kotoran ayam yang najis, barang yang kena najis adalah najis pula maka wajib membasuh telur sebelum digunakan. Aku ingin berusaha menjawab pertanyaan tersebut secara fikih dengan menyebutkan dalil-dalil semampunya. Menurut imam Nawawi dalam Kitabnya Al Majmu' Sebagai berikut: ( فرع) البيض من مأكول اللحم طاهر بالاجماع ومن غيره فيه وجهان كمنيه الاصح الطهارة (Cabang) Telur dari binatang yang dimakan dagingnya adalah suci secara ijmak. Adapun telur yang keluar dari binatang yang tidak dimakan dagingnya ada dua pendapat sebagaimana khilaf dalam maninya, yang paling shahih adalah suci. Keterangan: Jadi telur binatang yang halal dimakan seperti ayam, bebek, angsa, burung dsb adalah suci dan tidak najis. Berbeda dengan t

Terjemah kitab Fathul Wahhab karya Abu Zakaria Al Anshori

 Kitab Ath Thaharah (Bersuci) Kitab secara bahasa adalah menggabungkan dan mengumpulkan, secara istilah adalah nama dari  berbagai kumpulan khusus dari ilmu yang terdiri dari beberapa bab dan pasal biasanya. Thaharah secara bahasa adalah النظافة والخلوص من الادناس  Bersih dan terbebas dari kotoran-kotoran. adapun menurut Syariat thaharah adalah رفع حدث او ازالة نجس او ما في معناهما وعلى صورتهما "Mengangkat hadats atau menghilangkan najis atau sesuai makna keduanya atau sesuai gambarannya seperti tayammum dan mandi-mandi sunnah, tajdidul wudlu (memperbarui wudlu) dan basuhan kedua dan ketiga, semuanya termasuk macam-macam bersuci. (Bersambung)

ABU HANIFAH DAN TUKANG ROTI

Suatu saat Abu Hanifah duduk di masjid, karena saking lamanya duduk hingga penjaga masjid yang tidak tahu bahwa ia Abu Hanifah menyuruh beliau keluar.Beliaupun enggan keluar beliau bertanya kenapa masjid harus ditutup? penjaga masjid ini mengatakan: Karena perintah setelah shalat masjid harus ditutup, beliau bertanya lagi: Lalu aku kemana kalau keluar dari masjid? Ya terserah anda kata penjaga masjid, Abu Hanifahpun keluar masjid dan duduk di depan pintu masjid. Melihat Abu Hanifah duduk di depan pintu masjid penjaga masjid itu marah dan mengatakan: Kenapa kau masih di sini, iapun menyuruh beliau pergi dan menyeret beliau di tengah jalan. Lalu lewatlah seorang penjual roti, sang penjual roti ini mengatakan kepada beliau tanpa mengetahui bahwa beliau Abu Hanifah: Anda orang asing, maukah kamu menginap semalam di rumahku? Beliaupun mengangguk. Abu Hanifah sang ulama besar ini seperti kebiasaan jarang tidur malam, di malam itu sang penjual roti lagi mempersiapkan adonan, sambi