Skip to main content
UMAT & KETINGGIAN BUDI

oleh: Kholil Misbach, Lc

Sesungguhnya yang disebut umat adalah kaum yang masih menjaga akhlaknya, adapun kaum yang paling rendah adalah jika akhlaknya tiada. Hafidz Ibrahim

Syair bagus ini menerangkan bahwa tegaknya sebuah umat adalah dengan tegaknya akhlak dan etika dalam sebuah kaum, begitu juga sebaliknya robohnya sebuah umat adalah apabila kaumnya merendahkan akhlak-akhlak yang mulia padanya.

Sungguh kita wajib bersyukur mendapatkan hidayah Allah untuk memeluk sebuah agama yang menjunjung tinggi akhlak mulia, tidak hanya kepada orang yang seakidah dan sealiran akan tetapi kepada semua manusia.

Baginda Nabi saw sendiri merupakan symbol ketinggian budi pekerti yang tiada bandingnya, tidak ada kebaikan yang bisa beliau kerjakan kecuali beliaulah pertama yang melakukannya. Beliau orang yang paling menyambung tali silaturrahmi, beliau orang yang paling cinta dengan fakir miskin, paling menyantuni anak yatim, bahkan beliau orang yang paling pemberani di medan juang.



Allah sendiri memuji Nabi saw dalam firman-Nya:
وإنك لعلى خلق عظيم (القلم:4)
Sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung. (QS. Al Qalam:4)

Akhlak beliau sebagaimana yang diriwayatkan Aisyah ra adalah Al Qur`an, beliau merupakan mushaf yang berjalan di atas bumi, semua perilakunya tidak ada satupun yang bertentangan dengan Al Qur`an.

Beliau juga bersabda yang artinya: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.

Aku berpikir, ada sebuah kampong yang setiap warganya menjaga kemulian akhlak, setiap orang berusaha memberi sebanyak-banyaknya dan tidak meminta semaksimal mungkin. Semua terikat dalam tali cinta yang sejati. Setiap orang menghormati tetangganya, memuliakan tamunya, tidak ada perkataan sia-sia yang keluar dan lain sebagainya. Kalau ada kampong semacam ini niscaya kampong itu sebagai idaman.

Kalau kita bertanya uang satu milyar cukup nggak untuk lima orang? ada kawan yang mengatakan sangat cukup sekali. Padahal jawabannya yang betul adalah belum tentu, ia akan sangat cukup jikalau setiap orang dari lima orang ini saling mengerti dan menghargai hingga uang sebanyak itu dibagi menurut proporsi masing-masing. Akan tetapi kalau uang itu disikat satu atau dua orang lalu yang lain berusaha merebutnya maka yang terjadi adalah ketimpangan bahkan bisa berakhir dengan pembantaian antara satu dengan lainnya.

Dengan akhlak inilah orang kaya dituntut mensyukuri nikmat dengan memberi bantuan kepada si miskin tanpa ia minta, dan si miskin dituntut bersabar, dengan segala keadaan yang ada tanpa melanggar norma yang ada. Semoga kampong idaman itu ada di Indonesia dan kitalah yang menjadi pelaku-pelakunya

Comments

Popular posts from this blog

APAKAH TELUR NAJIS

Apakah Telur Najis oleh: Kholil Misbach, Lc Ada pertanyaan dari kawan tentang kenajisan telur hal itu dari artikel yang ia baca dalam sebuah postingan blog, dalam postingan tersebut menyatakan bahwa telur adalah najis karena keluar dari dubur ayam sehingga bercampur dengan kotoran ayam yang najis, barang yang kena najis adalah najis pula maka wajib membasuh telur sebelum digunakan. Aku ingin berusaha menjawab pertanyaan tersebut secara fikih dengan menyebutkan dalil-dalil semampunya. Menurut imam Nawawi dalam Kitabnya Al Majmu' Sebagai berikut: ( فرع) البيض من مأكول اللحم طاهر بالاجماع ومن غيره فيه وجهان كمنيه الاصح الطهارة (Cabang) Telur dari binatang yang dimakan dagingnya adalah suci secara ijmak. Adapun telur yang keluar dari binatang yang tidak dimakan dagingnya ada dua pendapat sebagaimana khilaf dalam maninya, yang paling shahih adalah suci. Keterangan: Jadi telur binatang yang halal dimakan seperti ayam, bebek, angsa, burung dsb adalah suci dan tidak najis. Berbeda dengan t

Terjemah kitab Fathul Wahhab karya Abu Zakaria Al Anshori

 Kitab Ath Thaharah (Bersuci) Kitab secara bahasa adalah menggabungkan dan mengumpulkan, secara istilah adalah nama dari  berbagai kumpulan khusus dari ilmu yang terdiri dari beberapa bab dan pasal biasanya. Thaharah secara bahasa adalah النظافة والخلوص من الادناس  Bersih dan terbebas dari kotoran-kotoran. adapun menurut Syariat thaharah adalah رفع حدث او ازالة نجس او ما في معناهما وعلى صورتهما "Mengangkat hadats atau menghilangkan najis atau sesuai makna keduanya atau sesuai gambarannya seperti tayammum dan mandi-mandi sunnah, tajdidul wudlu (memperbarui wudlu) dan basuhan kedua dan ketiga, semuanya termasuk macam-macam bersuci. (Bersambung)

ABU HANIFAH DAN TUKANG ROTI

Suatu saat Abu Hanifah duduk di masjid, karena saking lamanya duduk hingga penjaga masjid yang tidak tahu bahwa ia Abu Hanifah menyuruh beliau keluar.Beliaupun enggan keluar beliau bertanya kenapa masjid harus ditutup? penjaga masjid ini mengatakan: Karena perintah setelah shalat masjid harus ditutup, beliau bertanya lagi: Lalu aku kemana kalau keluar dari masjid? Ya terserah anda kata penjaga masjid, Abu Hanifahpun keluar masjid dan duduk di depan pintu masjid. Melihat Abu Hanifah duduk di depan pintu masjid penjaga masjid itu marah dan mengatakan: Kenapa kau masih di sini, iapun menyuruh beliau pergi dan menyeret beliau di tengah jalan. Lalu lewatlah seorang penjual roti, sang penjual roti ini mengatakan kepada beliau tanpa mengetahui bahwa beliau Abu Hanifah: Anda orang asing, maukah kamu menginap semalam di rumahku? Beliaupun mengangguk. Abu Hanifah sang ulama besar ini seperti kebiasaan jarang tidur malam, di malam itu sang penjual roti lagi mempersiapkan adonan, sambi