Skip to main content

MURID DAN TAWAKKAL

Suatu Saat imam Ahmad bin Hambal beserta murid-muridnya ingin berangkat ibadah haji. beliau lalu menyuruh murid-muridnya berkemas-kemas dan mempersiapkan persiapan haji. semua murid-murid beliau mempersiapkan diri baik secara fisik, mental maupun financial kecuali satu murid saja yang hanya berdiam diri.
Imam Ahmadpun heran dan bertanya kepada sang murid yang tidak mempersiapkan diri ini; Kenapa anda tidak mempersiapkan segalanya untuk berangkat haji. ia menjawab: Aku bertawakkal kepada Allah.
Imam Ahmad menjawab: Tidak, kamu tidak bertawakkal kepada Allah akan tetapi kamu bertawakkal kepada kawan-kawan kamu.
Imam Ahmad mengajarkan kepada kita hakikat tawakkal, tawakkal sejati adalah berusaha semaksimal dan seoptimal mungkin lalu menyerahkan segala hasilnya kepada Allah SWT. Orang kalau mau air dari sumur haruslah menimba airnya, kadang-kadang timba kita penuh, kadang sedikit bahkan kadang tidak ada airnya sehingga kita mesti menunggu beberapa lama waktunya untuk mengambil air tersebut.



Tawakkal sejati adalah tawakkal yang disertai dengan usaha dan bukannya berdiam diri tiada henti. Banyak sekali ayat-ayat dan hadits-hadits yang menyuruh bekerja semaksimal dan seoptimal mungkin. Sesungguhnya berusaha sekuat tenaga merupakan jenis ketaatan kepada Allah.

Hakikat tawakkal adalah pasrah kepada Allah atas segala keputusan-Nya apapun bentuknya sambil yakin bahwa Allah-lah sejatinya pembuat manfaat dan madharat. Ulama Salaf mengatakan: AlJawarih ta'mal wal Qulub tatawakkal ( Raga selalu berusaha sedangkan Hati selalu kembali)

Contoh tawakkal yang benar adalah sebagaimana dicontohkan Nabi saw, telah datang kepada beliau seorang laki-laki bertanya: Wahai Nabi Allah, apakah aku membiarkan untaku lalu aku bertawakkal ataukah aku mengikatnya dan bertawakkal? Beliau saw menjawab: Ikatlah lalu bertawakkallah kepada Allah.

(HR. At Turmudzi, ia mengatakan hadits Hasan)

Adapun buah dari tawakkal sejati adalah rizki daripada Allah SWT sebagaimana hadits Nabi saw yang artinya: "Jikalau kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebaik-baik tawakkal maka Alah akan memberikan rizki kepada kalian sebagaimana Ia memberi rizki burung, ia pergi pagi dengan perut kosong dan pulang dengan perut penuh.

(HR. At Turmudzi dan Albaihaqi)
tawakkal bukan berarti berdiam diri akan tetapi tawakkal sejati adalah berusaha semaksimal dan seoptimal mungkin dengan diiringi ilmu dan kejujuran yang merupakan simbol profesionalisme kerja seseorang.

Comments

Popular posts from this blog

APAKAH TELUR NAJIS

Apakah Telur Najis oleh: Kholil Misbach, Lc Ada pertanyaan dari kawan tentang kenajisan telur hal itu dari artikel yang ia baca dalam sebuah postingan blog, dalam postingan tersebut menyatakan bahwa telur adalah najis karena keluar dari dubur ayam sehingga bercampur dengan kotoran ayam yang najis, barang yang kena najis adalah najis pula maka wajib membasuh telur sebelum digunakan. Aku ingin berusaha menjawab pertanyaan tersebut secara fikih dengan menyebutkan dalil-dalil semampunya. Menurut imam Nawawi dalam Kitabnya Al Majmu' Sebagai berikut: ( فرع) البيض من مأكول اللحم طاهر بالاجماع ومن غيره فيه وجهان كمنيه الاصح الطهارة (Cabang) Telur dari binatang yang dimakan dagingnya adalah suci secara ijmak. Adapun telur yang keluar dari binatang yang tidak dimakan dagingnya ada dua pendapat sebagaimana khilaf dalam maninya, yang paling shahih adalah suci. Keterangan: Jadi telur binatang yang halal dimakan seperti ayam, bebek, angsa, burung dsb adalah suci dan tidak najis. Berbeda dengan t

Terjemah kitab Fathul Wahhab karya Abu Zakaria Al Anshori

 Kitab Ath Thaharah (Bersuci) Kitab secara bahasa adalah menggabungkan dan mengumpulkan, secara istilah adalah nama dari  berbagai kumpulan khusus dari ilmu yang terdiri dari beberapa bab dan pasal biasanya. Thaharah secara bahasa adalah النظافة والخلوص من الادناس  Bersih dan terbebas dari kotoran-kotoran. adapun menurut Syariat thaharah adalah رفع حدث او ازالة نجس او ما في معناهما وعلى صورتهما "Mengangkat hadats atau menghilangkan najis atau sesuai makna keduanya atau sesuai gambarannya seperti tayammum dan mandi-mandi sunnah, tajdidul wudlu (memperbarui wudlu) dan basuhan kedua dan ketiga, semuanya termasuk macam-macam bersuci. (Bersambung)

ABU HANIFAH DAN TUKANG ROTI

Suatu saat Abu Hanifah duduk di masjid, karena saking lamanya duduk hingga penjaga masjid yang tidak tahu bahwa ia Abu Hanifah menyuruh beliau keluar.Beliaupun enggan keluar beliau bertanya kenapa masjid harus ditutup? penjaga masjid ini mengatakan: Karena perintah setelah shalat masjid harus ditutup, beliau bertanya lagi: Lalu aku kemana kalau keluar dari masjid? Ya terserah anda kata penjaga masjid, Abu Hanifahpun keluar masjid dan duduk di depan pintu masjid. Melihat Abu Hanifah duduk di depan pintu masjid penjaga masjid itu marah dan mengatakan: Kenapa kau masih di sini, iapun menyuruh beliau pergi dan menyeret beliau di tengah jalan. Lalu lewatlah seorang penjual roti, sang penjual roti ini mengatakan kepada beliau tanpa mengetahui bahwa beliau Abu Hanifah: Anda orang asing, maukah kamu menginap semalam di rumahku? Beliaupun mengangguk. Abu Hanifah sang ulama besar ini seperti kebiasaan jarang tidur malam, di malam itu sang penjual roti lagi mempersiapkan adonan, sambi