Skip to main content

KISAH IMAM BUKHARI


Oleh: Kholil Misbach, Lc


Dia diberi julukan Amirul Mukminin dalam hadits. gelar itu hanya diperoleh bagi orang yang menguasai dan hapal semua hadits Nabi saw baik secara sanad maupun matannya.

Nama beliau adalah Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al Bukhari, beliau lahir pada tahun 194 Hijriah.



Beliau hidup di tengah-tengah keluarga yang suci dan menjaga kehormatan, wira'I dan menjaga agamanya. Ayah beliau sangat senang sekali melihat anaknya ini akan tetapi tidak begitu lama sang ayah terburu meninggal dan meninggalkan sang anak yang masih kecil menjadi yatim dan diasuh oleh ibunya sendiri. Sang ibu berusaha mengajar dan mendidiknya semaksimal mungkin sesuai dengan wasiat ayah imam Bukhari.


KISAH IMAM BUKHARI


Metode imam Bukhari dalam mencari hadits bisa dikelompokkan dalam tiga hal yaitu: Mempelajari sanad dan matan, perjalanan beliau secara ilmiah, pengetahuan beliau dalam ilmu hadits.

Imam Bukhari sejak belajar hadits beliau sangat memperhatikan isnad (penyandaran hadits) beliau sangat tahu akan para orang-orang perawi hadits, sejarah-sejarah mereka dan keadaan-keadaan mereka. Allah SWT telah memberinya kecerdasan yang luar biasa sehingga bisa menguasai ilmu periwayatan hadits secara kuat sejak kecilnya, hal inilah yang menjadikan periwayatan-periwayatan beliau menjadi terpercaya secara sempurna.

Di Makkah Imam Bukhari mendengar hadits dari Syekhnya Abul Walid dan Ismail bin Salim, kemudian beliau menuju Madinah Munawwarah tempat hijrah Nabi saw. Di masjid Nabawi ini dan di samping makam Rasulullah saw Imam Bukhari mulai menulis hadits dengan mendapat taufik dari Allah SWT.

Sungguh kecerdasan Imam Bukhari sangat mencengangkan orang-orang, ia sampai hapal sisi-sisi hadits secara tepat. Bukti akan hal ini adalah seperti apa yang diriwayatkan oleh Ahmad bin al Husain ar Razi mengatakan: Aku mendengar Abu Ahmad bin 'Adi al Hafidz mengatakan: Aku mendengar hadits dari berbagai syekh di Baghdad mengatakan bahwa Muhammad bin Ismail Imam Bukhari telah datang ke Baghdad dan mendengar beberapa ahli hadits, mereka lalu bersepakat untuk mengujinya dalam hapalan.

Mereka lalu memilih seratus hadits lalu mereka memutar balikkan hadits secara matan dan isnadnya, mereka menjadikan matan yang satu di dalam matan yang lain dan sanad yang satu dengan sanad yang lain, mereka lalu mengutus sepuluh orang, setiap orang membawa sepuluh hadits yang sudah diputar-balikkan, mereka diperintahkan agar kalau mereka menghadiri majlis mereka menyampaikan hadits yang diputar-balikkan itu kepada Imam Bukhari. Mereka lalu sepakat untuk membuat satu majlis yang dihadiri orang banyak baik dari orang Asing maupun penduduk sekitar dari orang-orang Khurasan, orang-orang Baghdad dan lain-lainnya.

setelah semuanya beres dan datanglah para penguji maupun pengunjung, lalu semua penguji menceritakan hadits-hadits yang sudah diputar-balikkan, ketika mendengar satu hadits Imam Bukhari mengatakan: Aku tidak tahu, lalu mendengar hadits lain beliau mengatakan juga tidak tahu, dan seterusnya hingga sampai seratus hadits dari sepuluh penguji ini, semuanya beliau jawab dengan tidak tahu.

Bagi orang awam menduga bahwa Imam Bukhari sangat pendek ilmu dan hapalannya bagaimana ia mengatakan tidak tahu terhadap semua soal, tidak ada satu soalpun yang dijawab. Setelah tenang dan semua penguji selesai menyampaikan hadits-hadits mereka, Imam Bukhari lalu mengatakan kepada setiap orang bahwa hadits kamu adalah ini dan ini salah yang benar adalah demikian, demikian. Adapun hadits kamu yang ini adalah salah yang benar adalah demikian, demikian dan seterusnya hingga ia membenarkan seratus hadits secara matan dan sanadnya hingga orang-orang takjub akan hapalannya dan semuanya memuji beliau baik kawan, syekh-syeknya maupun para pengunjung. Sungguh tepat kalau beliau diberi gelar Amirul Mukminin dalam hadits.
Wallahu A'lam

(BERSAMBUNG)


Comments

Popular posts from this blog

APAKAH TELUR NAJIS

Apakah Telur Najis oleh: Kholil Misbach, Lc Ada pertanyaan dari kawan tentang kenajisan telur hal itu dari artikel yang ia baca dalam sebuah postingan blog, dalam postingan tersebut menyatakan bahwa telur adalah najis karena keluar dari dubur ayam sehingga bercampur dengan kotoran ayam yang najis, barang yang kena najis adalah najis pula maka wajib membasuh telur sebelum digunakan. Aku ingin berusaha menjawab pertanyaan tersebut secara fikih dengan menyebutkan dalil-dalil semampunya. Menurut imam Nawawi dalam Kitabnya Al Majmu' Sebagai berikut: ( فرع) البيض من مأكول اللحم طاهر بالاجماع ومن غيره فيه وجهان كمنيه الاصح الطهارة (Cabang) Telur dari binatang yang dimakan dagingnya adalah suci secara ijmak. Adapun telur yang keluar dari binatang yang tidak dimakan dagingnya ada dua pendapat sebagaimana khilaf dalam maninya, yang paling shahih adalah suci. Keterangan: Jadi telur binatang yang halal dimakan seperti ayam, bebek, angsa, burung dsb adalah suci dan tidak najis. Berbeda dengan t

Terjemah kitab Fathul Wahhab karya Abu Zakaria Al Anshori

 Kitab Ath Thaharah (Bersuci) Kitab secara bahasa adalah menggabungkan dan mengumpulkan, secara istilah adalah nama dari  berbagai kumpulan khusus dari ilmu yang terdiri dari beberapa bab dan pasal biasanya. Thaharah secara bahasa adalah النظافة والخلوص من الادناس  Bersih dan terbebas dari kotoran-kotoran. adapun menurut Syariat thaharah adalah رفع حدث او ازالة نجس او ما في معناهما وعلى صورتهما "Mengangkat hadats atau menghilangkan najis atau sesuai makna keduanya atau sesuai gambarannya seperti tayammum dan mandi-mandi sunnah, tajdidul wudlu (memperbarui wudlu) dan basuhan kedua dan ketiga, semuanya termasuk macam-macam bersuci. (Bersambung)

ABU HANIFAH DAN TUKANG ROTI

Suatu saat Abu Hanifah duduk di masjid, karena saking lamanya duduk hingga penjaga masjid yang tidak tahu bahwa ia Abu Hanifah menyuruh beliau keluar.Beliaupun enggan keluar beliau bertanya kenapa masjid harus ditutup? penjaga masjid ini mengatakan: Karena perintah setelah shalat masjid harus ditutup, beliau bertanya lagi: Lalu aku kemana kalau keluar dari masjid? Ya terserah anda kata penjaga masjid, Abu Hanifahpun keluar masjid dan duduk di depan pintu masjid. Melihat Abu Hanifah duduk di depan pintu masjid penjaga masjid itu marah dan mengatakan: Kenapa kau masih di sini, iapun menyuruh beliau pergi dan menyeret beliau di tengah jalan. Lalu lewatlah seorang penjual roti, sang penjual roti ini mengatakan kepada beliau tanpa mengetahui bahwa beliau Abu Hanifah: Anda orang asing, maukah kamu menginap semalam di rumahku? Beliaupun mengangguk. Abu Hanifah sang ulama besar ini seperti kebiasaan jarang tidur malam, di malam itu sang penjual roti lagi mempersiapkan adonan, sambi