Skip to main content

BUS KEHIDUPAN


ini poto kala aku kuliah, naik bus nomor 80 coret, wah padat banget. tapi akhirnya aku bisa duduk. alhamdulilah ala kulli hal


Oleh Kholil Misbach, Lc

Allah SWT berfirman:
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (2)
Telah melailaikan kalian saling memperbanyak, hingga kalian masuk kubur. (QS. At Takatsur 1-2)

Ayat ini sangat tinggi nilainya, manusia banyak sekali yang dilalaikan oleh saling memperbanyak ini, lalu mereka dilalaikan dari apa,? Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa mereka dilalaikan dari ketaatan kepada Allah. Ayat ini turun utuk orang-orang Yahudi yang mengatakan kami lebih kaya dari kabilah ini dan itu. Walaupun ayat ini turun menceritakan kaum Yahudi tapi ayat ini mencakup semua manusia baik muslim dan kafir yang usahanya di dunia melalaikan dirinya dari beribadah kepada Allah.

Apa maksud memperbanyak di sini? Maksudnya menurut Hasan Al Bashri adalah harta dan anak-anak. Menurut penulis yang diperbanyak manusia adalah semua kekayaan dan segala urusan dunia, baik pangkat, title dan lain sebagainya. Mereka lalai ini hingga kematian menjemput manusia, kalau sudah mati manusia barulah sadar.

Cukuplah kematian menjadi pelajaran, orang yang tidak bisa mengambil pelaajran dari sekelilingnya dialah orang yang terbuai dan lalai. Sungguh mengherankan bagaimana orang lupa akan masa depan semua manusia ini padahal kerabat, kawan, sanak saudara, orang sedesa, orang senegara sudah banyak meninggalkan dunia fana ini akan tetapi manusia tetap saja lupa.

Orang yang lupa kematian biasanya memperkaya diri dan malas beribadah, seakan-akan dunia langgeng dan abadi, ia mengira kekayaannya bisa menyelamatkan dirinya dari kehancuran. Lihatlah orang-orang yang terkena gempa apakah uang bisa menyelamatkan mereka, lihatlah Tsunami apakah ternak, sawah dan mobil bisa menyelamatkan mereka. Tidak, semuanya akan mati dan binasa.

Dunia yang ada disekitar kita merupakan titipan dari Allah Yang Maha Kuasa, titipan itu kelak akan diambil kembali. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, kalau tidak kita yang tentu kitalah yang meninggalkan. Lihatlah uang yang kita punya selalu dating dan pergi itulah dunia. Dunia bagaikan sebuah bus.

Aku kemarin naik Bus yang sangat padat sekali, aku bergelantungan di pintu bus, napasku sesak, bau keringat penumpang memusingkanku. Lama-kelamaan aku bisa agak maju dan dapat duduk hingga akhirnya aku bersiap-siap turun dan turunlah aku di tempat tujuan. Begitu juga hidup manusia semua lahir dan muncul bagaikan para penumpang bus ini, ada yang hidupnya enak dengan duduk duluan di Bus, ada yang menjadi pemimpin seperti sopir bus, ada yang menjadi pejabat seperti kernet bus dan ada yang hidupnya susah gak dapet kursi dan hidup bergelantungan, walaupun begitu semua penumpang akan mati juga sebagaimana semua penumpang yang turun dari Bus.

Ada yang mengatakan kalau kita gak mau turun dari Bus apakah kita akan turun juga? Jawabnya tentu ya, karena tidak mungkin manusia selamanya di bus, kalau kita tidak turun kita akan diturunkan.

Untuk itu janganlah bangga mendapat kursi di dunia karena semua itu tidak ada yang abadi, kursi itu akan diganti penumpang yang lain. Kalau anda pemimpin maka pimpinlah semua penumpang dengan baik, jangan bawa mereka ke arah kehancuran, kalau mereka hancur sang sopirpun akan celaka, janganlah kita naik sopir yang nakal dan ugal-ugalan, begitu juga kita jangan sampai memilih pemimpin yang tidak tahu arah dan cendrung seenaknya sendiri.

Itulah hidup manusia seumur orang naik bus, tapi sungguh heran banyak manusia yang lalai akan masa depannya. Mumpung kita masih di bus maka beramallah sebaik mungkin, sedekahlah kalau ada orang meminta di bus, janganlah mendzalimi orang lain dan banyaklah berdzikir kepada Allah.

Baginda Nabi setelah membaca ayat di atas beliau mengatakan manusia mengatakan hartaku, hartaku, padahal tidak ada hartamu kecuali apa yang kau sedehkan lalu kamu biarkan, atau apa yang kau makan lalu kamu habuskan atau apa yang kamu pakai lalu kamu rusakkan. (HR Muslim riwayat Abdullah bin Asy Syikhkhir).

Diriwayatkan oleh Ubay bin Ka'b ia berkata kami menganggap hadits لو أن لابن آدم واديين من مال، لتمنى واديا ثالثا، ولا يملأ جوف ابن آدم إلا التراب، ثم يتوب الله على من تاب" حتى نزلت هذه السورة:( أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ) إلى آخرها
Artinya: Jikalau sesungguhnya bagi manusia ada dua lembah harta maka ia akan menginginkan lembah ketiga, dan tidak ada yang memenuhi mulutnya kecuali tanah, kemudian bertaubatlah kepada Allah orang yang bertaubat. Kami menganggap hadits ini sebagai surat hingga turunlah ayat Al hakum at Takatsur hingga akhir ayat.

Demikianlah, tidak ada manusia yang abadi, hidup di dunia hanya sekali, sungguh sangat merugi kalau hidup ini kurang berarti. Wallahu A'lam

Comments

Popular posts from this blog

APAKAH TELUR NAJIS

Apakah Telur Najis oleh: Kholil Misbach, Lc Ada pertanyaan dari kawan tentang kenajisan telur hal itu dari artikel yang ia baca dalam sebuah postingan blog, dalam postingan tersebut menyatakan bahwa telur adalah najis karena keluar dari dubur ayam sehingga bercampur dengan kotoran ayam yang najis, barang yang kena najis adalah najis pula maka wajib membasuh telur sebelum digunakan. Aku ingin berusaha menjawab pertanyaan tersebut secara fikih dengan menyebutkan dalil-dalil semampunya. Menurut imam Nawawi dalam Kitabnya Al Majmu' Sebagai berikut: ( فرع) البيض من مأكول اللحم طاهر بالاجماع ومن غيره فيه وجهان كمنيه الاصح الطهارة (Cabang) Telur dari binatang yang dimakan dagingnya adalah suci secara ijmak. Adapun telur yang keluar dari binatang yang tidak dimakan dagingnya ada dua pendapat sebagaimana khilaf dalam maninya, yang paling shahih adalah suci. Keterangan: Jadi telur binatang yang halal dimakan seperti ayam, bebek, angsa, burung dsb adalah suci dan tidak najis. Berbeda dengan t

Terjemah kitab Fathul Wahhab karya Abu Zakaria Al Anshori

 Kitab Ath Thaharah (Bersuci) Kitab secara bahasa adalah menggabungkan dan mengumpulkan, secara istilah adalah nama dari  berbagai kumpulan khusus dari ilmu yang terdiri dari beberapa bab dan pasal biasanya. Thaharah secara bahasa adalah النظافة والخلوص من الادناس  Bersih dan terbebas dari kotoran-kotoran. adapun menurut Syariat thaharah adalah رفع حدث او ازالة نجس او ما في معناهما وعلى صورتهما "Mengangkat hadats atau menghilangkan najis atau sesuai makna keduanya atau sesuai gambarannya seperti tayammum dan mandi-mandi sunnah, tajdidul wudlu (memperbarui wudlu) dan basuhan kedua dan ketiga, semuanya termasuk macam-macam bersuci. (Bersambung)

ABU HANIFAH DAN TUKANG ROTI

Suatu saat Abu Hanifah duduk di masjid, karena saking lamanya duduk hingga penjaga masjid yang tidak tahu bahwa ia Abu Hanifah menyuruh beliau keluar.Beliaupun enggan keluar beliau bertanya kenapa masjid harus ditutup? penjaga masjid ini mengatakan: Karena perintah setelah shalat masjid harus ditutup, beliau bertanya lagi: Lalu aku kemana kalau keluar dari masjid? Ya terserah anda kata penjaga masjid, Abu Hanifahpun keluar masjid dan duduk di depan pintu masjid. Melihat Abu Hanifah duduk di depan pintu masjid penjaga masjid itu marah dan mengatakan: Kenapa kau masih di sini, iapun menyuruh beliau pergi dan menyeret beliau di tengah jalan. Lalu lewatlah seorang penjual roti, sang penjual roti ini mengatakan kepada beliau tanpa mengetahui bahwa beliau Abu Hanifah: Anda orang asing, maukah kamu menginap semalam di rumahku? Beliaupun mengangguk. Abu Hanifah sang ulama besar ini seperti kebiasaan jarang tidur malam, di malam itu sang penjual roti lagi mempersiapkan adonan, sambi