Skip to main content

MENJADI REFORMIS

MENJADI REFORMIS

Oleh: Kholil Misbach, Lc

Jikalau Al Qur'an yang turun hanya surat al Ashr maka sudahlah cukup. Begitulah kata imam Syafi'I. memang kandungan surat al Ashr ini sangat dalam selain ia menyatakan akan urgensi waktu ia juga mengungkapkan hakikat akan manusia yang tidak merugi.

Manusia, saya, anda dan mereka merupakan sosok-sosok merugi kecuali jikalau saya, anda dan mereka memenuhi empat syarat yang disampaikan dalam surat al Ashr ini.

Pertama: Beriman, iman mengandung arti pengungkapan akan dengan lisan, pengakuan dalam hati dan pelaksanakan dengan anggota tubuh. Dalam sebuah hadits diungkapkan juga bahwa iman mempunyai 69 cabang, cabang yang paling atas adalah persaksian tiada tuhan selain Allah, dan yang paling kecil adalah menyingkirkan batu dari jalan adapun malu adalah sebagian daripada iman.

Kalau kita tidak mau merugi maka kita harus mulai melihat keimanan kita yang bias naik dengan ketaatan dan bias turun dengan perbuatan maksiat.

Syarat yang kedua adalah beramal shaleh, beramal shaleh merupakan syarat akan keberuntungan seseorang. Semua ketaatan adalah amal shaleh. Keutamaan bukanlah dilihat dari kekayaan seseorang, bukan pula jabatan maupun kecantikan. Kemuliaan hanya bias dilihat dengan ketakwaan yang terwujud dengan pengaplikasian iman dan amal shaleh.

Syarat ketiga adalah berwasiat dalam kebenaran. Mengetahui kebenaran, berada dalam kebenaran dalam masa sekarang sangatlah berat mengingat di jaman ini yang banyak sekali orang membungkus kebusukan dan kebiadaban dengan kebenaran. Yang benar dianggap salah dan yang salah di anggap benar.

Syarat keempat; berwasiat dalam kesabaran, sabar berarti teguh dalam sebuah prinsip. Sabar ada tiga sabar dalam ketaatan sabar dalam menjaga diri dari kemaksiatan dan sabar dalam musibah.

Kalau satu surat ini aja kalau diamalkan bias sangat bermanfaat bagi kemanusiaan semuanya apalagi mengamalkan semua al Qur'an.



Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com.

Comments

Popular posts from this blog

APAKAH TELUR NAJIS

Apakah Telur Najis oleh: Kholil Misbach, Lc Ada pertanyaan dari kawan tentang kenajisan telur hal itu dari artikel yang ia baca dalam sebuah postingan blog, dalam postingan tersebut menyatakan bahwa telur adalah najis karena keluar dari dubur ayam sehingga bercampur dengan kotoran ayam yang najis, barang yang kena najis adalah najis pula maka wajib membasuh telur sebelum digunakan. Aku ingin berusaha menjawab pertanyaan tersebut secara fikih dengan menyebutkan dalil-dalil semampunya. Menurut imam Nawawi dalam Kitabnya Al Majmu' Sebagai berikut: ( فرع) البيض من مأكول اللحم طاهر بالاجماع ومن غيره فيه وجهان كمنيه الاصح الطهارة (Cabang) Telur dari binatang yang dimakan dagingnya adalah suci secara ijmak. Adapun telur yang keluar dari binatang yang tidak dimakan dagingnya ada dua pendapat sebagaimana khilaf dalam maninya, yang paling shahih adalah suci. Keterangan: Jadi telur binatang yang halal dimakan seperti ayam, bebek, angsa, burung dsb adalah suci dan tidak najis. Berbeda dengan t

Terjemah kitab Fathul Wahhab karya Abu Zakaria Al Anshori

 Kitab Ath Thaharah (Bersuci) Kitab secara bahasa adalah menggabungkan dan mengumpulkan, secara istilah adalah nama dari  berbagai kumpulan khusus dari ilmu yang terdiri dari beberapa bab dan pasal biasanya. Thaharah secara bahasa adalah النظافة والخلوص من الادناس  Bersih dan terbebas dari kotoran-kotoran. adapun menurut Syariat thaharah adalah رفع حدث او ازالة نجس او ما في معناهما وعلى صورتهما "Mengangkat hadats atau menghilangkan najis atau sesuai makna keduanya atau sesuai gambarannya seperti tayammum dan mandi-mandi sunnah, tajdidul wudlu (memperbarui wudlu) dan basuhan kedua dan ketiga, semuanya termasuk macam-macam bersuci. (Bersambung)

ABU HANIFAH DAN TUKANG ROTI

Suatu saat Abu Hanifah duduk di masjid, karena saking lamanya duduk hingga penjaga masjid yang tidak tahu bahwa ia Abu Hanifah menyuruh beliau keluar.Beliaupun enggan keluar beliau bertanya kenapa masjid harus ditutup? penjaga masjid ini mengatakan: Karena perintah setelah shalat masjid harus ditutup, beliau bertanya lagi: Lalu aku kemana kalau keluar dari masjid? Ya terserah anda kata penjaga masjid, Abu Hanifahpun keluar masjid dan duduk di depan pintu masjid. Melihat Abu Hanifah duduk di depan pintu masjid penjaga masjid itu marah dan mengatakan: Kenapa kau masih di sini, iapun menyuruh beliau pergi dan menyeret beliau di tengah jalan. Lalu lewatlah seorang penjual roti, sang penjual roti ini mengatakan kepada beliau tanpa mengetahui bahwa beliau Abu Hanifah: Anda orang asing, maukah kamu menginap semalam di rumahku? Beliaupun mengangguk. Abu Hanifah sang ulama besar ini seperti kebiasaan jarang tidur malam, di malam itu sang penjual roti lagi mempersiapkan adonan, sambi