Skip to main content
Kenapa kita tidak iri?
oleh: Kholil Misbach Lc

Iri atau Hasad tidak semua jelek, bahkan ia menjadi amalan baik jika iri tersebut dalam hal berlomba-lomba kebaikan. dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra.: Dari Nabi saw., beliau bersabda: Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan Alquran dan ia membacanya di waktu malam dan di waktu siang dan terhadap orang yang Allah berikan harta dan ia membelanjakannya untuk kebaikan di waktu malam dan di waktu siang Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim [Bahasa Arab saja]: 1350

Dalam Hadits di atas iri itu dilarang semua kecuali dalam kebaikan, yaitu iri terhadap orang yang diberikan Al Qur'an lalu mengamalkannya. orang yang diberi Al Qur'an adalah orang yang paling kaya, ia telah diberi kalam Allah yang terbaik di dunia. ialah kitab yang akan mengangkat sebuah kaum karena memuliakannya dan merendahkan kaum yang mengingkarinya.satu ayat dalam Al Qur'an bahkan satu potongan ayat, mengandung kebaikan yang tiada tara. renungkanlah firman Allah: Fastabiqul Khairat (berlomba-lombalah dalam kebaikan), ia merupakan potongan ayat. Jika semua orang mukmin mampu mengamalkan satu potongan ini, alangkah indahnya dunia ini. Bagaimana jika mereka mengamalkan seluruh Al Qur`an. Subhanallah.

Golongan kedua yang kita boleh iri adalah orang yang diberi harta lalu ia menginfakkannya di waktu malam dan petang. Sungguh hadits ini mengajarkan umat Islam untuk kaya lalu menjadi orang yang ahli sedekah tidak takut miskin. Kalau orang yang kaya tidak bersedekah lalu apa bedanya ia dengan orang-orang miskin. bedanya mungkin hanya penampilan dan cara makan, padahal sesungguhnya Allah tidak melihat penampilan dan bodi seseorang, yang Ia lihat adalah ketakwaan seseorang.yang dilihat Allah bukanlah jumlah nominal harta yang disedekahkan tapi yang Ia lihat adalah prosentase dan keikhlasan dalam bersedekah. ada orang yang bersedekah 10 ribu rupiah sama pahalanya dengan yang bersedekah 1 juta rupiah. karena apa? karena orang yang bersedekah 10 ribu, ia hanya mempunyai uang 20 ribu, sedangkan orang yang bersedekah 1 juta mempunyai uang 2 juta. sejelek-jelek orang adalah orang kaya yang punya triliunan rupiah akan tetapi tidak seribupun keluar uangnya dalam kebaikan. Wallahu A'lam

Comments

Popular posts from this blog

APAKAH TELUR NAJIS

Apakah Telur Najis oleh: Kholil Misbach, Lc Ada pertanyaan dari kawan tentang kenajisan telur hal itu dari artikel yang ia baca dalam sebuah postingan blog, dalam postingan tersebut menyatakan bahwa telur adalah najis karena keluar dari dubur ayam sehingga bercampur dengan kotoran ayam yang najis, barang yang kena najis adalah najis pula maka wajib membasuh telur sebelum digunakan. Aku ingin berusaha menjawab pertanyaan tersebut secara fikih dengan menyebutkan dalil-dalil semampunya. Menurut imam Nawawi dalam Kitabnya Al Majmu' Sebagai berikut: ( فرع) البيض من مأكول اللحم طاهر بالاجماع ومن غيره فيه وجهان كمنيه الاصح الطهارة (Cabang) Telur dari binatang yang dimakan dagingnya adalah suci secara ijmak. Adapun telur yang keluar dari binatang yang tidak dimakan dagingnya ada dua pendapat sebagaimana khilaf dalam maninya, yang paling shahih adalah suci. Keterangan: Jadi telur binatang yang halal dimakan seperti ayam, bebek, angsa, burung dsb adalah suci dan tidak najis. Berbeda dengan t

Terjemah kitab Fathul Wahhab karya Abu Zakaria Al Anshori

 Kitab Ath Thaharah (Bersuci) Kitab secara bahasa adalah menggabungkan dan mengumpulkan, secara istilah adalah nama dari  berbagai kumpulan khusus dari ilmu yang terdiri dari beberapa bab dan pasal biasanya. Thaharah secara bahasa adalah النظافة والخلوص من الادناس  Bersih dan terbebas dari kotoran-kotoran. adapun menurut Syariat thaharah adalah رفع حدث او ازالة نجس او ما في معناهما وعلى صورتهما "Mengangkat hadats atau menghilangkan najis atau sesuai makna keduanya atau sesuai gambarannya seperti tayammum dan mandi-mandi sunnah, tajdidul wudlu (memperbarui wudlu) dan basuhan kedua dan ketiga, semuanya termasuk macam-macam bersuci. (Bersambung)

ABU HANIFAH DAN TUKANG ROTI

Suatu saat Abu Hanifah duduk di masjid, karena saking lamanya duduk hingga penjaga masjid yang tidak tahu bahwa ia Abu Hanifah menyuruh beliau keluar.Beliaupun enggan keluar beliau bertanya kenapa masjid harus ditutup? penjaga masjid ini mengatakan: Karena perintah setelah shalat masjid harus ditutup, beliau bertanya lagi: Lalu aku kemana kalau keluar dari masjid? Ya terserah anda kata penjaga masjid, Abu Hanifahpun keluar masjid dan duduk di depan pintu masjid. Melihat Abu Hanifah duduk di depan pintu masjid penjaga masjid itu marah dan mengatakan: Kenapa kau masih di sini, iapun menyuruh beliau pergi dan menyeret beliau di tengah jalan. Lalu lewatlah seorang penjual roti, sang penjual roti ini mengatakan kepada beliau tanpa mengetahui bahwa beliau Abu Hanifah: Anda orang asing, maukah kamu menginap semalam di rumahku? Beliaupun mengangguk. Abu Hanifah sang ulama besar ini seperti kebiasaan jarang tidur malam, di malam itu sang penjual roti lagi mempersiapkan adonan, sambi