oleh: Kholil Misbach, Lc
Setiap orang akan diuji oleh Allah SWT dengan berbagai ujian, tidak akan masuk surga seseorang sampai ia diuji dengan hal-hal yang tidak disukai maupun hal-hal yang disukai.
Semakin besar keimanan seseorang maka semakin berat ujiannya.
- See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-al-baqarah-ayat-213-218.html#sthash.HeJxYXhL.dpuf
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh mala petaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman yang bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah." Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Qs. Al Baqarah:214)
Berkata Imam Qurthubi, Qatadah dan ahli tafsir lainnya, bahwa ayat di atas turun pada saat Perang Khandaq di mana kaum muslimin mendapatkan kesusahan, kepayahan, panas, dingin dan berbagai macam kesulitan hidup.
(Baca Mengintip kenikmatan surga)
Ba`sa adalah kesulitan ekonomi berupa kefakiran dan kemiskinan, adapun Dlarra` adalah kesulitan yang berkenaan dengan jiwa seperti sakit.
zulzilu artinya digoncangkan jiwanya sehingga sangat cemas dan takut.
Melanjuti ayat sebelumnya yang menjelaskan peran keimanan kepada Allah dalam menyampaikan kepada kesejahteraan dan kebahagian serta menjauhkan perselisihan, ayat ini menjelaskan, "Iman tadi dengan sendirinya tidak cukup, melainkan harus dibuktikan dalam praktek perbuatan dan amal nyata. ketika tertimpa peristiwa-peristiwa pahit, seorang Mukmin harus tetap memelihara keimanannya dengan bertawakal dan dalam liku-liku kehidupan, ia tidak menyeleweng dari jalan Allah. Karena semua kejadian merupakan ujian dan derajat keimanan seseorang diuji atau ditimbang dalam ujian-ujian tadi.
Dari ayat di atas terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berharap masuk surga tanpa menempuh kepahitan adalah harapan yang salah.
2. Ujian merupakan salah satu sunnah Allah bagi semua manusia agar setiap manusia dapat menemukan dan menunjukkan jati dirinya.
Cobaan itu ternyata banyak hikmahnya:
Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (QS .7.168)
kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar. (QS.11:11)
Tiada seorang muslim tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dari dosa. (HR Bukhari)
Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah) (HR Bukhari)
Untuk itu kenapa bersedih, kembalikan segalanya kepada ALlah SWT, dialah pengatur segala perkara, tugas kita hanya menyembah dan bertakwa kepadanya dengan sebenar-benar takwa.
betapa banyak orang sukses setelah terseok-seok jalannya, betapa banyak perusahaan hebat setelah banyak mengalami kerugian, betapa banyak pasukan menang setelah terdesak.
jadi saudaraku jangan melihat orang yang telah sampai ke puncak tanpa kita tahu susah beratnya ia mendaki, kita hanya tahu seseorang bisa memimpin negara besar tanpa melihat ia didik dirinya, ia didik jiwanya sejak anak-anak hingga sampai memimpin negara.
itulah kunci kesabaran, hanya kapal yang menantang ombak sampai ketepian, hanya orang yang tekun berjalan sampai ke tujuan dan hanya pendaki yang rela menanjak sampai ke puncak.
Wallahu A'lam bish Shawab
Setiap orang akan diuji oleh Allah SWT dengan berbagai ujian, tidak akan masuk surga seseorang sampai ia diuji dengan hal-hal yang tidak disukai maupun hal-hal yang disukai.
Semakin besar keimanan seseorang maka semakin berat ujiannya.
Ayat 213-214: Butuhnya manusia kepada para rasul, hikmah diutusnya para rasul, dan penjelasan tentang gangguan dan cobaan yang diterima para rasul dan para pengikutnya dalam menyebarkan dakwah
كَانَ
النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ
وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ
بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلا
الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا
بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ
مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ (٢١٣) أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا
يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ
الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ
وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ
اللَّهِ قَرِيبٌ (
)
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ
الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ
وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى
نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ (٢ - See more at:
http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-al-baqarah-ayat-213-218.html#sthash.HeJxYXhL.dpuf
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh mala petaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman yang bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah." Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Qs. Al Baqarah:214)
Berkata Imam Qurthubi, Qatadah dan ahli tafsir lainnya, bahwa ayat di atas turun pada saat Perang Khandaq di mana kaum muslimin mendapatkan kesusahan, kepayahan, panas, dingin dan berbagai macam kesulitan hidup.
(Baca Mengintip kenikmatan surga)
Ba`sa adalah kesulitan ekonomi berupa kefakiran dan kemiskinan, adapun Dlarra` adalah kesulitan yang berkenaan dengan jiwa seperti sakit.
zulzilu artinya digoncangkan jiwanya sehingga sangat cemas dan takut.
Melanjuti ayat sebelumnya yang menjelaskan peran keimanan kepada Allah dalam menyampaikan kepada kesejahteraan dan kebahagian serta menjauhkan perselisihan, ayat ini menjelaskan, "Iman tadi dengan sendirinya tidak cukup, melainkan harus dibuktikan dalam praktek perbuatan dan amal nyata. ketika tertimpa peristiwa-peristiwa pahit, seorang Mukmin harus tetap memelihara keimanannya dengan bertawakal dan dalam liku-liku kehidupan, ia tidak menyeleweng dari jalan Allah. Karena semua kejadian merupakan ujian dan derajat keimanan seseorang diuji atau ditimbang dalam ujian-ujian tadi.
Dari ayat di atas terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berharap masuk surga tanpa menempuh kepahitan adalah harapan yang salah.
2. Ujian merupakan salah satu sunnah Allah bagi semua manusia agar setiap manusia dapat menemukan dan menunjukkan jati dirinya.
Cobaan itu ternyata banyak hikmahnya:
Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (QS .7.168)
kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar. (QS.11:11)
Tiada seorang muslim tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dari dosa. (HR Bukhari)
Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah) (HR Bukhari)
Untuk itu kenapa bersedih, kembalikan segalanya kepada ALlah SWT, dialah pengatur segala perkara, tugas kita hanya menyembah dan bertakwa kepadanya dengan sebenar-benar takwa.
betapa banyak orang sukses setelah terseok-seok jalannya, betapa banyak perusahaan hebat setelah banyak mengalami kerugian, betapa banyak pasukan menang setelah terdesak.
jadi saudaraku jangan melihat orang yang telah sampai ke puncak tanpa kita tahu susah beratnya ia mendaki, kita hanya tahu seseorang bisa memimpin negara besar tanpa melihat ia didik dirinya, ia didik jiwanya sejak anak-anak hingga sampai memimpin negara.
itulah kunci kesabaran, hanya kapal yang menantang ombak sampai ketepian, hanya orang yang tekun berjalan sampai ke tujuan dan hanya pendaki yang rela menanjak sampai ke puncak.
Wallahu A'lam bish Shawab
Comments
Post a Comment
Silahkan Komentar Yg Positif