Jangan menggantungkan orang lain!
Oleh: Kholil Misbach, Lc
Suatu saat Imam Ahmad dan para muridnya hendak menunaikan ibadah haji. Beliau dan para muridnya lalu mempersiapkan diri baik bekal maupun mental untuk menunaikan ibadah mulia ini, semuanya mempersiapkan diri kecuali ada satu murid beliau yang tidak mempersiapkan dirinya. Beliaupun lalu bertanya kepada sang murid ini. Kenapa anda tidak mempersiapkan bekal? Ia menjawab: aku bertawakkal kepada Allah. Imam Ahmad lalu menjawab: anda tidak bertawakal kepada Allah akan tetapi anda bertawakkal kepada teman-teman anda.
Demikianlah kisah sang guru dan murid, imam Ahmad mengajarkan kepada umat Islam akan hakikat tawakkal. Tawakkal sesungguhnya adalah memasrahkan diri kepada Allah dengan berusaha semaksimal mungkin, bukannya berpangku tangan tidak bekerja.
Kalau tawakkal tidak diimbangi denan usaha maka kurang baik karena Allah mnjadikan segala sesuatu dengan sebab akibat, kalau orang sudah berusaha keras lalu belum mendapat apa-apa maka ia harus memasrahkan diri segala sesuatunya kepada Allah.
Contohlah siti Hajar dengan nabi Ismael, ketika keduanya di Makkah mereka tidak mendapatkan air hingga siti Hajar berlari ke sana kemari dari bukit Shafa ke bukit Marwa sebanyak tujuh kali, hingga akhirnya mendapatkan air keluar dari bekas telapak anaknya Ismail.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia dalam usahanya tidak mesti langsung berhasil barangkali butuh lebih dari 7 usaha baru berhasil. Ingat Thomas Alpha Edison pernah gagal lebih dari seribu kali hingga menemukan listrik. Kalau ia baru gagal sekali lalu berhenti niscaya ia tidak akan berhasil menemukannya.
Dengan bekerja keras kita akan mendapatkan hasil dan akan bisa menghidupi diri sendiri dan orang lain, sebaliknya dengan bermalas-malas kita hanya akan menjadi tanggungan orang lain. Karena tidak akan dapat memberi kecuali orang yang mempunyai. Wallahu A’lam
Oleh: Kholil Misbach, Lc
Suatu saat Imam Ahmad dan para muridnya hendak menunaikan ibadah haji. Beliau dan para muridnya lalu mempersiapkan diri baik bekal maupun mental untuk menunaikan ibadah mulia ini, semuanya mempersiapkan diri kecuali ada satu murid beliau yang tidak mempersiapkan dirinya. Beliaupun lalu bertanya kepada sang murid ini. Kenapa anda tidak mempersiapkan bekal? Ia menjawab: aku bertawakkal kepada Allah. Imam Ahmad lalu menjawab: anda tidak bertawakal kepada Allah akan tetapi anda bertawakkal kepada teman-teman anda.
Demikianlah kisah sang guru dan murid, imam Ahmad mengajarkan kepada umat Islam akan hakikat tawakkal. Tawakkal sesungguhnya adalah memasrahkan diri kepada Allah dengan berusaha semaksimal mungkin, bukannya berpangku tangan tidak bekerja.
Kalau tawakkal tidak diimbangi denan usaha maka kurang baik karena Allah mnjadikan segala sesuatu dengan sebab akibat, kalau orang sudah berusaha keras lalu belum mendapat apa-apa maka ia harus memasrahkan diri segala sesuatunya kepada Allah.
Contohlah siti Hajar dengan nabi Ismael, ketika keduanya di Makkah mereka tidak mendapatkan air hingga siti Hajar berlari ke sana kemari dari bukit Shafa ke bukit Marwa sebanyak tujuh kali, hingga akhirnya mendapatkan air keluar dari bekas telapak anaknya Ismail.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia dalam usahanya tidak mesti langsung berhasil barangkali butuh lebih dari 7 usaha baru berhasil. Ingat Thomas Alpha Edison pernah gagal lebih dari seribu kali hingga menemukan listrik. Kalau ia baru gagal sekali lalu berhenti niscaya ia tidak akan berhasil menemukannya.
Dengan bekerja keras kita akan mendapatkan hasil dan akan bisa menghidupi diri sendiri dan orang lain, sebaliknya dengan bermalas-malas kita hanya akan menjadi tanggungan orang lain. Karena tidak akan dapat memberi kecuali orang yang mempunyai. Wallahu A’lam
Comments
Post a Comment
Silahkan Komentar Yg Positif