MENJARING LAILATUL QADAR
Kholil Misbach, Lc
Kalau Ebid B.A.D menyanyikan lagu menjaring matahari maka saya ingin meneriakkan untuk menjaring lailatul Qadar, sebuah malam yang sangat mulia. Allah SWT memuliakan malam tersebut hingga Ia menjadikan satu surat tersendiri dalam Al Qur`an yaitu surat Al Qadar.
Malam itu mulia karena merupakan malam diturunkannya Al Qur`an, Al Qur`an sendiri merupakan mukjiyat serta rahmat bagi Alam semesta. Dengan Al Qur’an Abu Bakar, Umar dan para Sahabat yang dulunya pengembala kambing, suka berperang, membunuh anaknya sendiri menjadi sebuah kaum yang menguasai jazirah Arab dan mampu mengusung peradaban.
Pada malam itu para malaikat turun ke dunia atas ijin Allah untuk membawa keselamatan bagi semua yang beribadah kepada-Nya. Sungguh ini merupakan bonus yang tiada bandingnya. Siapa yang mendapatkannya maka ia akan bahagia sepanjang masa.
Malam itu Allah tidak menentukan takdir kejelekan. Sebuah malam yang lebih mulia daripada seribu bulan, barang siapa beribadah shalat sunah misalnya maka pahalanya bagaikan ia mengerjakannya seribu bulan.
Baginda Nabi saw pernah menceritakan tentang seorang dari umat terdahulu yang berjuang di jalan Allah selama seribu bulan hingga mengecilkan perasaan para Sahabat. Lalu turunlah surat Al Qadar yang menyatakan ada sebuah malam yang lebih mulia daripada seribu bulan itu. Seribu bulan itu sekitar 82 tahun, kalau tiap tahun kita mendapatkan lailatul Qadar maka berapa anugerah yang kita peroleh subhanallah.
Apa yang perlu banyak dibaca pada malam itu, baginda Nabi saw pernah menyuruh Aisyah kalau mendapatkan malam itu dengan doa: Allahumma innaka ‘Afuwwun tuhibbul ‘Afwa fa’fu ‘Anna.
Memang malam itu sebagai malam berkah yang tidak cukup untuk dituliskan dan diucapkan, lebih sulit lagi untuk mengisinya dengan ibadah mencari ridlo ilahi. Wallahu A’lam.
Comments
Post a Comment
Silahkan Komentar Yg Positif