Khalid dan Reshuffle
Oleh: Kholil Misbach,Lc
Ketika pasukan Islam telah menaklukkan bumi Syam, datanglah utusan Umar bin Khattab kepada Khalid bin Walid, utusan tersebut membawa surat dari Umar yang berisi akan pemberhentian dirinya sebagai pemimpin pasukan Islam di Syam digantikan oleh Abu Ubaidah, setelah Khalid mengetahui isi tersebut ia menghadap Abu Ubaidah dan berkata kepadanya:" Semoga Allah mengampunimu, telah datang kepadamu surat perintah dari Amirul mukminin supaya kamu memimpin wilayah Syam, maaf aku tidak tahu kalau kamu ada, karena engkau shalat di belakangku padahal engkaulah yang berkuasa pada saat ini.
Abu Ubaidah menjawab:"Semoga Allah mengampunimu juga, aku tidak ingin memberitahumu kalau aku shalat di belakangmu, sehingga engkau mengetahuiku tidak dari diriku sendiri, aku tidak ingin engkau berhenti berjuang sehingga semua tugas selesai.
Khalid menjawab: "engkau sudah mengetahui diriku bahwa bukanlah kekuasaan dunia yang kucari, bukan karena dunia pula aku bekerja, semua yang engkau lihat niscaya akan binasa, sesungguhnya kita adalah bersahabat dan pemegang perintah Allah SWT, tidaklah seseorang menjadi sengsara di dunia maupun di akhirat karena diperintah oleh saudaranya, seorang pemimpin seharusnya mengetahui bahwa jabatan adalah cobaan dan jalan licin yang sedikit saja orang selamat darinya, kecuali orang-orang yang mendapat pertolongan dari Allah SWT. Kemudian Abu Ubaidah menyerahkan kembali surat tersebut kepada Khalid bin Walid.
Kisah di atas menunjukkan begitu hebatnya sikap Khalid bin Walid dan Ubaidah, Khalid tidak merasa dirinya diremehkan karena dicopot maupun dimutasikan, walaupun ia sangat berjasa kepada Islam, semua peperangan yang ia ikuti tidak pernah kalah, tetapi ia tetap sangat patuh kepada pemimpinnya.
Khalid memandang bahwa jabatan adalah amanat yang sangat berat untuk dipikul, sangat banyak sekali orang tergelincir dan diperbudak oleh jabatan ini, hanya orang-orang yang mendapat pertolongan Allah sajalah yang mampu melaksanakan amanah ini, tidak ada kesengsaraan sedikitpun di dunia dan di akhirat karena diperintah oleh saudaranya sendiri. Bahkan beban yang dipikul semakin ringan dan Hisabnya di akhiratpun juga akan semakin ringan.
Bukti kehebatan Khalid ini nampak dari sikapnya untuk tetap berjuang dan bekerjasama dengan penggantinya, ini adalah bukti keikhlasannya dalam berjuang menegakkan agama Allah, perjuangan belum berhenti selama nyawa masih dikandung badan, apapun posisi seseorang selama ia berusaha untuk menjadi orang yang paling bermanfaat bagi masyarakatnya maka ia akan hidup mulia dan mati terhormat.
Kemuliaan diri bukanlah karena jabatan dan hartanya, akan tetapi orang yang paling mulia di sisi Allah SWT adalah orang yang paling bertakwa dan paling bermanfaat terhadap sesamanya. Dengan kerjasama sesama pemimpin, sesama rakyat dan antara pemimpin dan rakyat niscaya tugas seberat apapun akan dapat terlaksana dengan baik dan professional. Wallahu A'lam
Oleh: Kholil Misbach,Lc
Ketika pasukan Islam telah menaklukkan bumi Syam, datanglah utusan Umar bin Khattab kepada Khalid bin Walid, utusan tersebut membawa surat dari Umar yang berisi akan pemberhentian dirinya sebagai pemimpin pasukan Islam di Syam digantikan oleh Abu Ubaidah, setelah Khalid mengetahui isi tersebut ia menghadap Abu Ubaidah dan berkata kepadanya:" Semoga Allah mengampunimu, telah datang kepadamu surat perintah dari Amirul mukminin supaya kamu memimpin wilayah Syam, maaf aku tidak tahu kalau kamu ada, karena engkau shalat di belakangku padahal engkaulah yang berkuasa pada saat ini.
Abu Ubaidah menjawab:"Semoga Allah mengampunimu juga, aku tidak ingin memberitahumu kalau aku shalat di belakangmu, sehingga engkau mengetahuiku tidak dari diriku sendiri, aku tidak ingin engkau berhenti berjuang sehingga semua tugas selesai.
Khalid menjawab: "engkau sudah mengetahui diriku bahwa bukanlah kekuasaan dunia yang kucari, bukan karena dunia pula aku bekerja, semua yang engkau lihat niscaya akan binasa, sesungguhnya kita adalah bersahabat dan pemegang perintah Allah SWT, tidaklah seseorang menjadi sengsara di dunia maupun di akhirat karena diperintah oleh saudaranya, seorang pemimpin seharusnya mengetahui bahwa jabatan adalah cobaan dan jalan licin yang sedikit saja orang selamat darinya, kecuali orang-orang yang mendapat pertolongan dari Allah SWT. Kemudian Abu Ubaidah menyerahkan kembali surat tersebut kepada Khalid bin Walid.
Kisah di atas menunjukkan begitu hebatnya sikap Khalid bin Walid dan Ubaidah, Khalid tidak merasa dirinya diremehkan karena dicopot maupun dimutasikan, walaupun ia sangat berjasa kepada Islam, semua peperangan yang ia ikuti tidak pernah kalah, tetapi ia tetap sangat patuh kepada pemimpinnya.
Khalid memandang bahwa jabatan adalah amanat yang sangat berat untuk dipikul, sangat banyak sekali orang tergelincir dan diperbudak oleh jabatan ini, hanya orang-orang yang mendapat pertolongan Allah sajalah yang mampu melaksanakan amanah ini, tidak ada kesengsaraan sedikitpun di dunia dan di akhirat karena diperintah oleh saudaranya sendiri. Bahkan beban yang dipikul semakin ringan dan Hisabnya di akhiratpun juga akan semakin ringan.
Bukti kehebatan Khalid ini nampak dari sikapnya untuk tetap berjuang dan bekerjasama dengan penggantinya, ini adalah bukti keikhlasannya dalam berjuang menegakkan agama Allah, perjuangan belum berhenti selama nyawa masih dikandung badan, apapun posisi seseorang selama ia berusaha untuk menjadi orang yang paling bermanfaat bagi masyarakatnya maka ia akan hidup mulia dan mati terhormat.
Kemuliaan diri bukanlah karena jabatan dan hartanya, akan tetapi orang yang paling mulia di sisi Allah SWT adalah orang yang paling bertakwa dan paling bermanfaat terhadap sesamanya. Dengan kerjasama sesama pemimpin, sesama rakyat dan antara pemimpin dan rakyat niscaya tugas seberat apapun akan dapat terlaksana dengan baik dan professional. Wallahu A'lam
terimakasih ilmunya tad
ReplyDelete